Search This Blog

Friday, May 20, 2016

LINGKUNGAN MAGMATIK

A.    Liquid Magmatic Phase (Fase Magmatik Cair)

Liquid magmatic phase atau fase magmatic cair adalah suatu fase pembentukan mineral, dimana mineral terbentuk langsung pada magma (differensiasi magma), misalnya dengan cara gravitational settling. Mineral yang banyak terbentuk dengan cara ini adalah kromit, titamagnetit, dan petlandit. Fase magmatik cair ini dapat dibagi menjadi disseminasi, segregasi, dan injeksi.
1.      Disseminasi
Kristalisasi sederhana tanpa konsentrasi (disseminasi), terjadi  pada magma dalam yang kemudian akan menghasilkan batuan beku granular, dimana kristal yang terbentuk di awal akan  tersebar seluruhnya,. Bentuk endapan yang dihasilkan seperti dike, pipa atau stock.
Contoh dari endapan ini adalah cebakan intan di Africa Selatan didapat pada batuan ultrabasa yang disebut kimberlite. Intan ini dianggap sebagai Phenocryst (kristal-kristal besar yang mengkrital dalam magma yang dalam sekali yang kemudian terangkat bersama magma). Contoh lainnya adalah cebakan korundum dalam batuan nepheline syenit di Ontaria, Canada.
2.      Segregasi
Konsentrasi awal magma dari hasil diferensiasi mengalami pemisahan karena tenggelamnya kristal berat yang terbentuk ke bagian bawah magma chamber, seperti yang terjadi pada chromite. Mineral yang terbentuk tidak tersebar merata, tetapi hanya kurang terkonsentrasi di dalam batuan. Contoh dari endapan ini antara lain besi, aluminium, chromium, titanium, & Copper.
Ciri-cirinya endapan ini antara lain memiliki hubungan yang jelas dengan magma, endapan terdapat dalam lingkungan intrusi,-          dan teksturnya menunjukkan pseudootrasigra.


3.      Injeksi
Mineral bijih terkonsentrasi oleh diferensiasi kristalisasi lebih awal atau berbarengan dengan batuan yang berasosiasi dengan mineral silika. Mineral bijih tersebut diinjeksikan ke dalam batuan sekitarnya, sebagai mush kristal oksida yang fluidanya dari residual magma. Contoh dari endapan ini antara lain Titaniferous magnetite dike, Magnetite, ilmenite, dan platinum pipes
Ciri-ciri endapan ini antara lain adanya fragmen-fragmen batuan di dalamnya, terdapat dike atau badan intrusi yang lain di dalam batuan aslinya, serta terjadi metamorphose pada dinding batuan.


Gambar 1. Gambar Skematik Proses Diferensiasi Magma
pada Fase Magmatik Cair

Keterangan untuk Gambar :
1.      Vesiculation
Magma yang mengandung unsur-unsur volatile seperti air (H2O), karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2), sulfur (S) dan klorin (Cl). Pada saat magma naik kepermukaan bumi, unsur-unsur ini membentuk gelombang gas, seperti buih pada air soda. Gelombang (buih) cenderung naik dan membawa serta unsur-unsur yang lebih volatile seperti sodium dan potasium.
2.      Diffusion
Pada proses ini terjadi pertukaran material dari magma dengan material dari batuan yang mengelilingi reservoir magma, dengan proses yang sangat lambat. Proses diffusi tidak seselektif proses-proses mekanisme differensiasi magma yang lain. Walaupun demikian, proses diffusi dapat menjadi sama efektifnya, jika magma diaduk oleh suatu pencaran (convection) dan disirkulasi dekat dinding dimana magma dapat kehilangan beberapa unsurnya dan mendapatkan unsur yang lain dari dinding reservoar.
3.      Flotation
Kristal-kristal ringan yang mengandung sodium dan potasium cenderung untuk memperkaya magma yang terletak pada bagian atas reservoar dengan unsur-unsur sodium dan potasium.
4.      Gravitational Settling
Mineral-mineral berat yang mengandung kalsium, magnesium dan besi, cenderung memperkaya resevoir magma yang terletak disebelah bawah reservoir dengan unsur-unsur tersebut. Proses ini mungkin menghasilkan kristal badan bijih dalam bentuk perlapisan. Lapisan paling bawah diperkaya dengan mineral-mineral yang lebih berat seperti mineral-mineral silikat dan lapisan diatasnya diperkaya dengan mineral-mineral silikat yang lebih ringan.
5.      Assimilation of Wall Rock
Selama emplacement magma, batu yang jatuh dari dinding reservoir akan bergabung dengan magma. Batuan ini bereaksi dengan magma atau secara sempurna terlarut dalam magma, sehingga merubah komposisi magma. Jika batuan dinding kaya akan sodium, potasium dan silikon, magma akan berubah menjadu komposisi granitik. Jika batuan dinding kaya akan kalsium, magnesium dan besi, magma akan berubah menjadi berkomposisi gabroik.
6.      Thick Horizontal Sill
Secara umum bentuk ini memperlihatkan proses differensiasi magmatik asli yang membeku karena kontak dengan dinding reservoirl Jika bagian sebelah dalam memebeku, terjadi Crystal Settling dan menghasilkan lapisan, dimana mineral silikat yang lebih berat terletak pada lapisan dasar dan mineral silikat yang lebih ringan.

B.     Pegmatic Phase (Fase Pegmatik)

Pegmatit adalah batuan beku yang terbentuk dari hasil injeksi magma. Sebagai akibat kristalisasi pada magmatik awal dan tekanan disekeliling magma, maka cairan residual yang mobile akan terinjeksi dan menerobos batuan disekelilingnya sebagai dyke, sill, dan stockwork.
1.      Dike
Dalam ilmu geologi, dike adalah suatu jenis intrusi batuan beku berbentuk lembar yang mengenai lapisan tanah dan memotong secara bersebrangan. Bentuknya tabular, sebagai lembaran yang kedua sisinya sejajar, memotong struktur (perlapisan) batuan yang diterobosnya. Kadang-kadang kontak hampir sejajar tapi perbandingan antara panjang dan lebar tidak sebanding.
2.      Sill
Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya dengan ketebalan dari beberapa mm sampai beberapa kilometer. Penyebaran ke arah lateral sangat luas sedangkan penyebaran ke arah vertikal sangat kecil. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya sejajar.
3.      Stockwork
Stockwork adalah struktur pada endapan mineral yang berupa vein (urat) yang bentuknya saling potong satu sama lain.

Gambar 2. Penampang Fase Pegmatitik (Dike, Sill, & Stockwork)
Kristal dari pegmatit akan berukuran besar, karena tidak adanya kontras tekanan dan temperatur antara magma dengan batuan disekelilingnya, sehingga pembekuan berjalan dengan lambat. Mineral-mineral pegmatit antara lain : logam-logam ringan (Li-silikat, Be-silikat (BeAl-silikat), Al-rich silikat), logam-logam berat (Sn, Au, W, dan Mo), unsur-unsur jarang (Niobium, Iodium (Y), Ce, Zr, La, Tantalum, Th, U, Ti), batuan mulia (ruby, sapphire, beryl, topaz, turmalin rose, rose quartz, smoky quartz, rock crystal).

C.     Pneumatolitik Phase (Fase Pneumatolitik)

Pneumatolitik adalah proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma dalam lingkungan yang dekat dengan magma. Dari sudut geologi, ini disebut kontak-metamorfisme, karena adanya gejala kontak antara batuan yang lebih tua dengan magma yang lebih muda. Mineral kontak ini dapat terjadi bila uap panas dengan temperatur tinggi dari magma kontak dengan batuan dinding yang reaktif. Mineral-mineral kontak yang terbentuk antara lain wolastonit (CaSiO3), amphibol, kuarsa, epidot, garnet, vesuvianit, tremolit, topaz, aktinolit, turmalin, diopsit, dan skarn.
Gejala kontak metamorfisme tampak dengan adanya perubahan pada tepi batuan beku intrusi dan terutama pada batuan yang diintrusi, yaitu: baking (pemanggangan) dan hardening (pengerasan).
Igneous metamorfisme ialah segala jenis pengubahan (alterasi) yang berhubungan dengan penerobosan batuan beku. Batuan yang diterobos oleh masa batuan pada umumnya akan ter-rekristalisasi, terubah (altered), dan tergantikan (replaced). Perubahan ini disebabkan oleh panas dan fluida-fluida yang memencar atau diaktifkan oleh terobosan tadi. Oleh karena itu endapan ini tergolong pada metamorfisme kontak
Berdasarkan tempat terbentuknya, endapan ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu endapan greissen dan endapan skarn.
1.         Endapan Greissen
Endapan greissen adalah larutan sisa magma yang terbentuk di dalam rekahan pada batuan induknya. Pada endapan ini, muncul mineral aksesoris yang banyak dijumpai, diantaranya topaz, tourmaline dan flourite. Sedangkan unsur utama pada endapan greissen berupa timah dan tungsten.
2.         Endapan Skarn
Endapan skarn merupakan larutan sisa magma yang terbentuk  di dalam rekahan pada batuan samping atau di sekitar batuan intrusi.
.
D.    Hydrothermal Phase (Fase Hidrothermal)

Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat "aqueous" sebagai hasil differensiasi magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relatif ringan, dan merupakan sumber terbesar (90%) dari proses pembentukan endapan. Berdasarkan aktifitas hydrothermal, proses pembentukan mineral dapat dibagi menjadi 2, yaitu cavity filling & metasomatisme.


1.    Cavity Filling
Cavity filling adalah proses pengisian lubang-lubang (opening-opening) yang sudah ada di dalam batuan oleh larutan hidrothermal. Endapan yang dihasilkan oleh Cavity Filling adalah sebagai berikut.
a.       Fissure vein
Fissure vein adalah endapan berbentuk tabular yang terdiri dari satu celah atau lebih. Jenis endapan ini ada beberapa macam, diantaranya adalah sederhana, gabungan, linked vein, sheeted vein (ripper creek), dilatation vein, chambered vein, en echelon vein. Fissure umumnya sangat halus tetapi oleh pergeseran bisa menjadi lebih besar atau lebar. Perbedaan lapisan batuan mempengaruhi bentuk daripada fissure yang terjadi. Ini disebabkan oleh sifat-sifat fisik daripada batuan yang berbeda. Contohnya adalah cebakan tembaga di Montana, dikenal sebagai The Range Hill of Earth.
b.      Shear zone deposite
Bukaan yang tipis, berupa lembaran-lembaran pada zona pergeseran memungkinkan terjadinya pengendapan mineral. Endapan yang terbentuk biasanya tipis-tipis dan halus. Bukaan ini tidak baik untuk logam-logam non-ferro, tetapi yang banyak adalah endapan-endapan emas dan perak serta pyrite (Otego, New Zealand). Shear zone, karena mempunyai bidang bidang kontak yang luas maka sangat penting untuk proses replacement yang dapat membuat daerah tersebut kaya dengan endapan.
c.       Stock works
Stock works adalah gabungan dari veinlet yang halus dalam jumlah cukup besar. Jarak antara veinlet ini tidak terlalu jauh (hanya beberapa inci). Stock work terjadi karena pembentukan cracks pada waktu pendinginan bagian atas suatu badan intrusi atau fissure yang tidak teratur karena gaya - gaya tarik dan putar. Mineralnya berupa logam-logam seperti bijih timah, tembaga, merkuri, seng dan kobalt.
d.      Saddle rufs
Saddle rufs terbentuk pada perlipatan batuan yang akan terjadi ruang-ruang antar lapisan pada bagian yang terlihat (antiklin). Contohnya cebakan emas di Bendigo, Australia.
e.       Ladden vein
Rekahan yang terdapat pada dike, yang biasanya sejajar atau hampir sejajar satu sama lain pada dike, bentuknya seperti tangga atau leader. Biasanya dengan joint-joint yang terjadi karena tarikan (contraction). Contohnya endapan emas di Alaska.
f.       Tension crack felling
Merupakan retakan pada lipatan biasanya terdapat pada sepanjang bidang lekungan lipatan.
g.      Braccia filling deposite
Tersusun dari mineral yang runcing sehingga memungkinkan terbentuknya rongga dan akan terisi oleh oleh larutan. Contohnya tambang emas di Bull Domingo dekat Lake City Colorado.
h.      Cavity filling
Umumnya terjadi pada daerah kapur. Karena kerja dari air permukaan kapur yang mengandung CO2 sehingga melarutkan lapisan kapur yang terletak sebelah ata dari permukaan air tanah. Dalam rongga dapat terbentuk mineralisasi sehingga pengisian di samping dan seterusnya terjadi pelebaran pada rongga-rongga tersebut. Contohnya endapan seng dan timbal di gua-gua yang terletak di Wisconsin dan Illionis.
i.        Pore space filling
Pengikisan oleh larutan hidrotermal ke dalam pori-pori menjadi endapan mineral. Contohnya terdapat pada pori-pori pasir yang terisi bijih tembaga di Texas.
j.        Vasicular filling
Pengikisan lubang-lubang sisa gas pada batuan effusive, lava atau pumice, yang menghasilkan endapan vulkanis. Contohnya pada lubang bekas gas lava basalt di Alaska.
2.    Metasomatisme (Repleacement)
Metasomatisme merupakan proses penggantian unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan unsur-unsur baru dari larutan hidrothermal yang diakibatkan oleh pelarutan.

Sesuai dengan temperatur pembentukannya dan jarak terhadap intrusi magma, menurut Lingren, proses hidrothermal dapat dibedakan atas lima macam.
1.      Endapan Hypotermal.
Dicirkan dengan pembentukan urat Vein yang banyak, terletak pada kedalaman besar, hanya akan muncul jika terjadi erosi yang hebat atau orogenesa, tejadi pada  tempratur 300-400oC, dan tekanan diatas 1600 atm. Contohnys emas, tembaga timbal,
2.      Endapan Messothermal
Tidak memiliki tourmaline dan silikat-silikat, kecuali sedikit quartz, kedalaman >10000 feet, suhu 200-300oC dengan tekanan 400-1600 atm, endapan berasosiasi dengan batuan beku asam, basa dan dekat dengan  permukaan bumi. Contohnya emas, perak, dan seng.
3.      Endapan Ephitermal
Terletak pada kedalaman 3000-10000 feet, temprature 100ocelcius dengan tekanan 240-800 atm/ Contohnya tembaga, arsen, calcosite barite ( BaSO4) dan flourite (CaF2)
4.      Endapan Telehetral
Terbentuk oleh larutan yang bermigrasi jauh dari intrusi magma dan diengaryhu oleh temprature batuan induk. Endapan telethermal terjadi leh reaksi yang sangat lemah, temprature < 100ocelcius, tekanan 40-240 atm dengan kedalaman 500-300 feet
5.      Endapan Xenothermal
Larutan dekat dengan permukaan, dipengaruhi oleh tekanan dan suhu tinggi mengakibatkan rekasi cepat dan endapan terbentuk secara cepat, memiliki persamaan mineralogy dengan endapan hypotermal, mesothermal, dan epithermal namun struktur berbeda.
E.     Vulcanic Phase (Fase vulkanik)

Endapan fase vulkanik merupakan produk akhir dari proses pembentukkan bijih secara primer. Hasil kegiatan dari fase vulkanik ini antara lain sebagai berikut.
1.      Aliran lava (Lava Flow)
Lava flow adalah magma yang sudah keluar ke permukaan bumi dan mengalir di atas permukaan.
2.      Ekshalasi
Ekshalasi adalah hasil letusan gunung api berupa material gas yang terdiri dari gas uap air, karbondioksida, dan gas belerang. Hasil penguapan yang diakibatkan oleh kegiatan vulkanisme ini dibagi menjadi :
a.  Fumarol (terutama terdiri dari uap air H2O),
b.  Solfatar (berbentuk gas SO2),
c.  Mofette (berbentuk gas CO2),
d.  Saffroni (berbentuk baron).
3.      Sumber-sumber air panas
Uap air dan sumber air panas biasanya tidak mempunyai nilai ekonomis tapi sangat penting untuk penelitian ilmiah. Bentuk (komposisi kimia) dari mata air panas adalah air klorida, air sulfat, air karbonat, air silikat, air nitrat, dan air fosfat.
Jika dilihat dari segi ekonomisnya, maka endapan ekonomis dari fase vulkanik antara lain kristal-kristal belerang sebagai akibat sublimasi uap belerang, dan lumpur belerang yaitu campuran sisa belerang berukuran lempung pasir, oksida besi (misalnya hematit, Fe2O3), endapan-endapan limonit (untuk bahan cat), jarosite (K2SO4 bahan pupuk), dan terosite (KFeSO4 bahan pupuk).


Thursday, May 12, 2016

BATUAN GUNUNG API dan PEMBAGIANNYA

Batuan gunungapi dan pembagiannya
Aliran lava adalah skoriaan, berbongkah, berbentuk seperti tali (ropy lava), penggunaan kata batuan di dalam batuan gunungapi ini diartikan secara luas, yaitu bahan hasil dari aktivitas gunungapi baik secara langsung maupun tidak, mulai dari bahan lepas (loose material) sampai dengan yang sudah membatu (lithified material) (Bronto, 2004). Pengertian langsung dimaksudkan bahwa bahan erupsi gunungapi itu setelah mendingin/mengendap kemudian membatu di tempat itu juga. Sedangkan pengertian tidak langsung menunjukan bahwa endapan/batuan gunungapi tersebut sudah mengalami pengerjaan ulang atau deformasi, baik oleh aktivitas vulkanisme muda, proses-proses sedimentasi kembali, maupun aktivitas tektonik (Bronto, 2004). Berhubungan mempunyai kesamaan tekstur, batuan beku intrusi dangkal dan batuan beku luar dipandang sebagai hasil kegiatan vulkanisme berupa lava koheren. Sedangkan hasil erupsi secara letusan selalu bertekstur klastika sehingga dimasukan ke dalam kelompok batuan klastika gunungapi (Bronto, 2004).
Menurut Cas dan Wright (1987); McPhie, dkk. (1993) dan Bronto (2004). Batuan gunungapi dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu lava koheren (coherent lavas) dan batuan klastika gunungapi (vulcanicclastic roks). Mengenai struktur batuan gunungapi, untuk lava koheren mengikuti hukum-hukum yang berlaku di dalam batuan beku, seperti halnya struktur masif, berlubang/berongga (vesicles), segregasi, konsentris, aliran dan reakahan radier yang mencerminkan proses pendinginan. Pembentukan struktur di dalam endapan/batuan bertekstur klastika (misalnya piroklastika dan epiklastika) lebih mengikuti hukum batuan sedimen (proses pengendapan), misalnya struktur perlapisan/laminasi, silang-siur, perlapisan, melensa, membaji, antidunes dan lain-lain.
Itulah sebabnya batuan gunungapi sebaiknya tidak dipaksakan untuk masuk ke dalam jenis batuan beku atau batuan sedimen tetapi lebih baik dipandang sebagai kelompok batuan tersendiri yang berada didaerah transisi antara kedua jenis batuan utama tersebut (Bronto, 2004).
A.      Lava koheren
Letusan gunungapi yang tidak meledak atau meleler saja akan menghasilkan batuan gunungapi berupa lava. Istilah lava diperuntukkan bagi magma yang telah berhasil mencapai permukaan bumi. Melalui retakan kulit bumi atau pipa kepundan gunungapi, magma yang berasal dari kedalaman bergerak keatas karena adanya dorongan gas yang terlarut dalam cairan magma tersebut. Sehingga fungsi dari gas adalah sebagai penggerak magma. Terbentuknya lava terutama dikontrol oleh viskositas, kecepatan efusi dan keadaan lingkungan pengendapan (darat/laut). Lava yang encer memilki viskositas dan kandungan silika yang rendah, sedangkan lava yang kental memiliki viskositas dan kandungan silika yang tinggi.
O. Hirokawa (1980) mendefinisikan lava sebagai suatu magma cair yang dikeluarkan dari dalam bumi, maupun batuan yang berasal dari pembekuannya Lava basalan mempunyai suhu antara 1.100o- 1.200oC, relatif lebih tinggi dari suhu lava andesitan atau dasitan yang berkisar antara 900o – 1.000oC. Viskositas lava yang menyertai suatu letusan gnungapi, khususnya lava basalan, adalah sekitar 102 – 103 poise. Dan di dalam suatu kolom lava bagian bawah umumnya terdiri dari lava basalan yang berwarna gelap, yang semakin ke atas semakin berwarna terang dan teridiri  dari lava dasitan atau riolitan.
Lava koheren pada hakekatnya adalah batuan beku, yaitu magma yang membeku di dekat permukaan (batuan beku intrusi dangkal) dan magma yang membeku di permukaan (batuan beku luar).
Pembukaan magma di dekat permukaan ini dimungkinkan karena (Bronto, 2004):
1.    Magma sudah mengkristal terlebih dahulu sebelum pergerakannya mencapai ke permukaan bumi.
2.    Tidak semua magma keluar ke permukaan bumi sewaktu gunungapi bererupsi atau meletus, tetapi juga tidak kembali ke dapurnya jauh di dalam bumi setelah erupsi gunungapi berhenti. Sebagian magma itu tersisa dan membeku di sepanjang perjalanan dari dapur magma ke permukaan bumi yang dalam hal ini adalah kawah atau kaldera gunungapi. Kelompok batuan sub-gunungapi ini antara lain membentuk retas, sill, leher kubah gunungapi atau kubah bawah permukaan. Magma yang membeku di pipa kepundan sehingga bagian atasnya menyembul ke permukaan disebut leher gunungapi atau sumbat lava.
Retas merupakan terobosan batuan beku, yang dicirikan oleh beberapa kenampakan (Bronto, 2004), antara lain:
1.    Bentuk terobosan berupa memanjang serta memotong batuan yang diterobosnya
2.    Efek kontak dikedua sisi retas terhadap batuan yang diterobos mungkin mengalami efek bakar atau bagian tepi retas yang mengalami oksidasi, kedua sisi umumnya berwarna merah coklat atau merah bata, sangat tergantung tingginya temperatur magma saat menerobos, jenis batuan yang diterobos dan oksigen yang dikandungnya.
3.    Dari bagian tengah menuju ke tepi retas secara berangsur semakin bertekstur gelas. Hal ini semakin nyata pada tubuh retas yang cukup tebal. Pada kontak dapat pula terbentuk breksi akibat proses pendinginan sangat cepat sehingga menimbulkan perekahan yang kemudian terisi oleh cairan magma dari bagian tengah retas atau masuknya batuan samping kedalam cairan magma retas.
4.    Terdapat struktur paralel secara vertikal di bagian tepi tubuh retas sebagai akibat segregasi dan tingkat kristalisasi yang berbeda selama pendinginan, pada bagian tepi lebih cepat mendingin daripada bagian dalam. Struktur kekar yang memotong tegaklurus retas biasanya juga dapat dijumpai. Bila terbentuk struktur aliran dapat pula ditunjukan oleh penjajaran fenokris atau bentuk struktur aliran lainnya.
5.    Komposisi retas bagian tengah lebih banyak kristal sedangkan ke arah tepi semakin banyak gelas gunung api. Alterasi dan mineralisasi mungkin dapat terjadi dibagian tepi dari retas tersebut.
Sill atau kubah lava permukaan merupakan terobosan batuan beku yang dicirikan oleh beberapa kenampakan (Bronto, 2004), antara lain:
1.    Bentuk terobosan pipih atau cembung menyisip secara selaras diantara perlapisan batuan. Bentuk ini sangat tergantung pada kemampuan magma mendesak perlapisan batuan di atasnya sehingga terlipat ke arah atas seperti struktur antiklin. Jika hal ini terjadi sangat dekat dengan permukaan dan di lereng kerucut gunung api maka bagian itu akan mengalami penggembungan. Namun dalam beberapa hal, bentuk intrusi dangkal ini bisa saja tidak beraturan.
2.    Efek kontak mirip seperti yang terjadi pada retas, hanya letaknya ada di bawah atau di atas tubuh sill.
3.    Semakin kebagian tepi, tubuh sill semakin bertekstur halus atau gelas dan di beberapa bagian membentuk breksi autoklastika.
4.    Struktur segregasi berbentuk konsentris, kelopak atau struktur kulit bawang. Struktur rekahan mungkin dijumpai di bagian permukaan dengan pola radier.
5.    Tingkat kristalinitas semakin tinggi menuju ke bagian tengah tubuh sill. Dengan kata lain komposisi gelas semakin banyak menuju ke tepi tubuh sill.
Leher gunungapi dan sumbat lava dicirikan oleh beberapa kenampakan (Bronto, 2004), antara lain:
1.    Bentuk terobosan seperti pipa, kedudukan memotong bidang perlapisan batuan sekelilingnya
2.    Efek kontak terhadap batuan di sekitarnya terjadi di sekeliling tubuh terobosan
3.    Ke arah bagian tepi tubuh akan semakin bertekstur gelas atau membentuk breksi autoklastika
4.    Struktur segregasi berarah paralel vertikal pada pandangan dari samping, tetapi menjadi konsentris pada arah pandangan atas. Struktur lubang dijumpai terutama di bagian atas tubuh intrusi
5.    Secara umum komposisi banyak tersusun oleh gelas karena ukurannya yang relatif kecil
6.    Berhubungan terjadi dekat di bawah atau bahkan di dalam kawah atau kaldera gunungapi, biasanya batuan di sekitarnya telah mengalami alterasi hidrothermal.
Kubah lava (lava dome) dicirikan oleh beberapa kenampakan (Bronto, 2004), antara lain:
1.    Bentuk ideal seperti kubah (stengah bola membundar kearah atas), walaupun kenyataannya dapat tidak teratur, tetapi yang terpenting adalah menumpuk didalam kawah gunungapi
2.    Efek kontak hanya terjadi dengan batuan yang ditindih dibawahnya dan biasanya sudah teralterasi oleh larutan hidrothermal yang berada didalam kawah atau kaldera gunungapi.
3.    Tekstur batuan semakin kristalin ke bagian tubuh kubah. Pada bagian permukaan, tepi dan dasar kubah dapat terjadi breksiasi karena pendingindan yang sang cepat (breksi autoklastika)
4.    Pada bagian permukaan kubah dijumpai struktur lubang dan rekahan yang berpola radier menjauh pusat kubah. Pada bagian tengah kubah terbentuk aliran dan struktur kelompok atau mengulit bawang
5.    Bila belum tererosi pada permukaan kubah yang terbentuk didasar laut dapat terbentuk kerak kaca.
Aliran lava bantal dicirikan oleh beberapa kenampakan (Bronto, 2004), antara lain:
1.    Bentuk memanjang agak membulat, seperti bantal guling yang sekaligus menunjukan struktur aliran.
2.    Dibagian permukaan tubuh aliran terdapat kulit kaca/kerak kaca sedang kearah tengah semakin banyak kristal atau paling tidak bertekstur afanitik. Dalam beberapa hal, dibagian permukaan berkembang breksi autoklastik
3.    Struktur rekahan dan aliran terdapat dipermukaan sedangkan dari penampang terlihat struktur konsentris dan rekahan radier
4.    Batuan umumnya berkomposisi basalt.
Pada tubuh aliran lava sering dijumpai sejumlah lubang yang beragam bentuk dan ukurannya. Lubang-lubang tersebut adalah bekas gas yang terlarut dalam magma (lava) yang kemudian menguap bersamaan dengan membekunya cairan tersebut. Lubang tersebut dinamakan vesikuler ini akan banyak ditemukan di bagian permukaan, sementara ke arah lebih dalam jumlahnya menjadi berkurang. Struktur vesikuler ini juga akan banyak membantu dalam menentukan batas antar aliran lava, yaitu apabila pada suatu daerah ditemukan lapisan-lapisan lava yang dihasilkan dari waktu yang berbeda.

Lava yang dihasilkan dari erupsi efusif ini akan menghasilkan lava dengan bermacam-macam jenis berdasarkan ukuran, bentuk, serta kenampakan permukaan dan didalam lavanya sendiri. Sesuai dengan komposisinya, aliran lava di permukaan bumi akan membentuk struktur permukan yang khas. Lava basalan yang mempunyai permukaan kasar dan terkeratkan (fragmental) dikenal sebagai lava aa. Sedang lava andesitan yang mempunyai permukaan terbongkah-bongkah menyudut (angular block) disebut dengan lava bongkah. Jenis kekar yang sering dijumapi pada lava antara lain kekar mengolom (columnar joint, columnar structure, prismatic joint, prismatic structure), dimana kekar-kekar tersebut akan memecah batuan menjadi kolom-kolom prismatik segienam. Sedang kekar-kekar tak beraturan akan menghancurkan batuan menjadi bongkah-bongkah bersegi banyak (polygonal block). Lava yang berbentuk seperti tali disebut lava tali (ropy lava).
B.      Batuan klastika gunungapi
Batuan klastika gunungapi adalah batuan gunungapi yang bertekstur klastika (disarikan dari: Fisher, 1961; Fisher 1966, Fisher dan Smith, 1991; Pettijohn, 1975; Walker dan James, 1992; Mathisen & McPherson, 1991 dalam Bronto, 2004). Secara deskripsi, terutama tekstur (bentuk dan ukuran butir), batuan klastika gunungapi dapat berupa breksi gunungapi (volcanic breccias), konglomerat gunungapi (volcanic conglomerate), batupasir gunungapi (volcanic sandstones), batulanau gunungapi (volcanic siltstones) dan batulempung gunungapi (volcanic claystones). Perlu ditegaskan disini bahwa penggunaan kata pasir, lanau dan lempung hanyalah untuk menunjukan ukuran butir, atau tidak secara langsung mencerminkan sebagai batuan sedimen epiklastika. Nama-nama tersebut dapat ditambah dengan parameter warna, struktur dan atau komposisi tergantung aspek mana yang menonjol dan mudah dikenali.
Berdasarakan asal-usul proses fragmentasi dan genesanya maka batuan klastika gunungapi dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu: batuan autoklastika, batuan piroklastika, batuan kataklastika, batuan epiklastika (Bronto, 2004).
Batuan autoklastika (breksi autoklastika/autoclastica breccias) yaitu lava koheren yang karena pendinginan yang sangat cepat dan bersentuhan dengan batuan dasar atau batuan samping yang dingin sehingga terjadi fragmentasi di bagian tepi atau luar dari tubuh magma/lava tersebut, baik sebagai intrusi dangkal maupun batuan beku luar.
Berhubungan yang sering dijumpai adalah fragmentasi berukuran kasar dan berbentuk meruncing maka batuannya disebut breksi autoklastika. Ciri-ciri batuan ini bertekstur klastika tetapi komposisi fragmen dan matriks relatif homogen, berupa batuan beku berasal dari magma yang sama.
Batuan piroklastik yaitu batuan gunungapi bertekstur klastika sebagai hasil letusan gunungapi dan langsung dari magma pijar. Sebanding dengan batuan piroklastika adalah hidroklastika, yakni batuan gunungapi bertekstur klastika sebagai hasil letusan uap air (letusan freatik, hidrothermal) yang membongkar batuan tua diatasnya.
Uap air berasal dari bawah tanah bercampur dengan uap magma yang terpancarkan, namun dalam hal-hal tertentu uap air itu berasal dari air permukaan (air hujan, sungai, danau, es atau air laut).
Dalam hal ini bahan padat atau cairan dari magma tidak ikut terlontarkan. Letusan transisi diantara letusan magmatik dengan letusan freatik adalah letusan freatomagmatik.
Berdasarkan proses pembentukannya batuan piroklastika maupun hidroklastika dapat dibagi menjadi 3.
1.        Endapan piroklastika jatuhan (pyroclastic falls), Batuan jatuhan piroklastika (kadang-kadang disebut juga batuan piroklastika jatuhan), merupakan hasil endapan ekplosif dari gunung api yang diendapkan melalui udara jatuh atau mengendap berdasarkan gaya beratnya sendiri atau secara gravitasi.
Ciri-ciri: Memperlihatkan struktur butiran bersusun dan endapan berlapis naik.
2.        Endapan piroklastika aliran (pyroclastic flows), merupakan endapan piroklastik yang mana material langsung teronggokan di suatu tempat.
Ciri-ciri: Sebarannya sangat dipengaruhi oleh morfologi, Batas bawah dibatasi oleh area dan pada bagian atasnya relative datar dan umumnya mempunyai struktur masif.
3.        Endapan piroklastika seruakan (pyroclastic surges), merupakan endapan piroklastik yang berasal dari suatu awan panas dengan kepadatan rendah, campuran dari unsure-unsur padat, uap air, gas yang bergolak di atas permukaan dengan kecepatan tinggi.
Ciri-ciri: Perlapisan yang baik, adanya penjajaran butiran pipih dan adanya perlapisan bergelombang.
Pada saat ini dikenal pyroclastic density current yang merupakan gabungan antara pyroclastic flows dan pyroclastic surges (deskripsi ciri-ciri batuan piroklastika ini dapat dilihat di Bronto, 2004).